Perti Dusun di Banyusumurup


Pertidusun berasal dari kata dasar "merti" yang berarti memelihara atau menjaga agar dusun selalu dalam keadaan tentram, aman, dan damai.
Untuk mencapai hal tersebut perlu adanya keseimbangan hubungan manusia dengan Tuhan dan hubungan manusia dengan Alam & Tuhan, serta hubungan antara manusia dengan manusia yang lain (hubungan sosial) harus selalu dijaga dan dilestarikan dengan selalu taat kepada Tuhan Sang Pencipta serta melestarikan hubungan kekeluargaan serta selalu menyambung selalu menyambung tali silaturahmi dengan tanpa memandang status sosial maupun agama.
Istilah "Merti Dusun" oleh orang jawa juga dikenal dengan sebutan "Mejemukan". Mejemukan berasal dari kata "majemuk" yang berarti bermacam-macam (banyak) oleh karena itu maka acara perti dusun adalah acara berkumpulnya seluruh lapisan masyarakat dari berbagai agama, kepercayaan bersatu padu memanjatkan do'a dan syukur atas nikmat yang telah diberikan olehNya, serta memohon keselamatan lahir dan bathin dan mohon kemurahan rizky untuk tahun yang akan datang.
Perti dusun ini diselenggarakan di Pendopo Masjid Kagungan Dalem Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat dan Kraton Surakarta Hadiningrat yang terletak di dusun Banyusumurup, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang didirikan pada tahun 1686. Acara ini diselenggarakan oleh tiga dusun, yaitu: Banyusumurup, Payaman Utara, Payaman Selatan, dengan kalender tahunan setiap bulan Besar (kalender Jawa) atau biasa disebut bulan Zulhijah. Acara ini telah diselenggarakan secara turun-temurun oleh masyarakat ketiga dusun yang dilaksanakan setiap malam jum'at atau malam senin diantara malam tanggal 12 sampai 15 Besar. Pada mulanya tradisi ini diselenggarakan setiap panen raya bagi para petani di tiga dusun tersebut, tetapi oleh para generasi penerus kegiatan ini diselenggarakan secara rutin sebagai agenda tahunan ditetapkan pada setiap satu tahun sekali di bulan Besar.
Adapun kesenian atau kebudayaan yang wajib mengisi kegiatan ini adalah "Sholawatan" yaitu pembacaan kitab Sholawatan Maulut Nabi oleh para budayawan dari ketiga dusun tersebut, dengan dimeriahkan kesenian "Laras Madyo" yang membacakan serat Wulangreh. Pembacaan kedua kitab ini diiringi dengan alat musik tradisional berupa kendang, kempul, gong, dan tuntung yang akan dimainkan bersamaan dengan dibacanya kedua kitab tersebut oleh sekitar 80 warga secara bergantian dan berlangsung hingga semalam suntuk.
Pada akhir acara sholawatan tersebut diselenggarakan kenduri sebagai perwujudan bersyukur kepada Sang Pencipta atas seluruh rahmat, rizky, dan karuniaNya yang telah diberikan kepada seluruh masyarakat disini. Nasi kenduri tersebut dibagikan kepada para pengunjung yang setia menyaksikan acara tersebut sampai selesai. Adapun yang dikendurikan adalah Nasi Gurih, Ingkung Ayam Jantan lengkap dengan lalapannya, Nasi Golong Pecel Tempe, Ketan, Kolak, Apem, Nasi Tumpeng, Jajanan Pasar, Pisang Sanggan, dan lain-lain.

Pada tahun ini acara Perti Dusun akan diselenggarakan pada hari Minggu, 21 November 2010 atau bertepatan dengan tanggal 15 Besar tahun 1943 (kalender Jawa) di Pendopo Masjid Kagungan Dalem Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat dan Kraton Surakarta Hadiningrat yang terletak di dusun Banyusumurup, Desa Girirejo, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Sebagai geerasi muda kita wajib melestarikan dan meneruskan budaya tersebut.

2 komentar:

raff mengatakan...

kebudayaan yang perlu dilestarikan...sangat unik

Anonim mengatakan...

jADI PENGEN BERKUNJUNG KE DESA BANYUSUMURUP..KAPAN YA??

Posting Komentar