Kirab Budaya Imogiri XII (Ngarak Siwur)


Tradisi "ngarak siwur" yang digelar Forum Cinta Budaya (Forcib) Kecamatan Imogiri mengawali tradisi "nguras enceh" di Kompleks Makam Raja Yogyakarta dan Surakarta di Pajimatan Imogiri Senin (27/12). Ribuan warga memadati jalan menuju lokasi penyerahan "siwur" kepada juru kunci di Terminal Pajimatan.

Ketua Panitia tradisi "ngarak siwur", MP Sudirjo Pranoto mengatakan, "ngarak siwur" merupakan agenda rutin yang digelar sebelum "nguras enceh" dilakukan hari ini, Selasa (28/12). Menurutnya tradisi tersebut merupakan pengembangan dari tradisi nguras enceh (genthong) yang berlangsung di Kompleks Makam Raja Imogiri.

Proyek Perbaikan Jalan Wisata (Makam Pangeran Pekik)


Makam Pangeran Pekik
yang terletak di Dusun Banyusumurup, Kalurahan Girireja, Imagiri, Bantul, Yogyakarta adalah makam tokoh Pangeran Pekik beserta keluarga pengikutnya. Pangeran Pekik adalah Pangeran Surabaya yang berkuasa sekitar abad 17 M. Surabaya ditaklukkan oleh Mataram pada tahun 1625. Penaklukan yang dilakukan oleh Mataram ini mengakibatkan Pangeran Pekik dibawa ke Mataram atas perintah Sultan Agung. Ia kemudian dikawinkan dengan adik Sultan Agung yang bernama Ratu Pandansari. Salah satu anak (putri) Pangeran Pekik kelak dikawinkan dengan putra mahkota Sultan Agung yang bernama Pangeran Aria Mataram (yang kelak bergelar Sunan Amangkurat Agung). Jadi, Pangeran Pekik adalah adik ipar sekaligus besan Sultan Agung Hanyakrakusuma Sejarah . karena jalan utama yang menuju Makam Pangeran sudah maka pada tahun ini di adakan perbaikan.










GambarPerbaikan Jalan Wisata (Makam Pangeran Pekik)

Makam Banyusumurup ( Pangeran Pekik)

MAKAM BANYUSUMURUP:
MAKAM DINASTI TERAKHIR KERAJAAN SURABAYA ?


Jalur paving (baru) di dalam Kompleks Makam Banyusmurup

Makam Banyusumurup yang terletak di Dusun Banyusumurup, Kalurahan Girireja, Imagiri, Bantul, Yogyakarta adalah makam tokoh Pangeran Pekik beserta keluarga pengikutnya. Pangeran Pekik adalah Pangeran Surabaya yang berkuasa sekitar abad 17 M. Surabaya ditaklukkan oleh Mataram pada tahun 1625. Penaklukan yang dilakukan oleh Mataram ini mengakibatkan Pangeran Pekik dibawa ke Mataram atas perintah Sultan Agung. Ia kemudian dikawinkan dengan adik Sultan Agung yang bernama Ratu Pandansari. Salah satu anak (putri) Pangeran Pekik kelak dikawinkan dengan putra mahkota Sultan Agung yang bernama Pangeran Aria Mataram (yang kelak bergelar Sunan Amangkurat Agung). Jadi, Pangeran Pekik adalah adik ipar sekaligus besan Sultan Agung Hanyakrakusuma.

Dari beberapa sumber disebutkan bahwa Pangeran Pekik dibunuh atas perintah Sunan Amangkurat Agung (menantunya). Dalam Babad Tanah Djawi disebutkan bahwa Pangeran Pekik dibunuh bersama dengan 40 orang pengikutnya. Sumber Belanda menyebutkan bahwa Pangeran Pekik dibunuh bersama dengan putra-putra dan 40 orang pengikutnya. Dari sumber Belanda disebutkan bahwa Pangeran Pekik dibunuh pada tanggal 21 Februari 1659 bersama dua saudara, seorang putra anak kemenakan dan 60 orang pengikutnya. Kelak putra mahkota dari Sunan Amangkurat Agung ini terlibat perseteruan dengan ayahnya. Salah satu penyebabnya adalah karena kematian kakeknya (Pangeran Pekik) oleh karena perintah ayahnya sendiri (Sunan Amangkurat Agung)

Beberapa dugaan yang menyatakan tentang sebab-sebab kematian Pangeran Pekik di antaranya:

Pangeran Pekik dianggap akan melakukan pemberontakan. Hal ini dimulai dengan peristiwa dibawanya Rara Oyi yang kemudian diberikannya kepada cucunya (Amangkurat II yang waktu itu masih Pangeran Adipati Anom). Rara Oyi ini konon merupakan salah satu wanita sengkeran 'pingitan' raja Amangkurat I yang kelak akan diperistrinya, tetapi kemudian direbut oleh Pangeran Adipati Anom atas peran dari mertua Amangkurat I yakni Pangeran Pekik. Atas kesalahan tersebut Pangeran Pekik dibunuh bersama pengikut-pengikutnya. Sedangkan Rara Oyi dibunuh oleh Amangkurat II atas perintah (tekanan) Amangkurat I (ayahnya).

Pendapat lain lagi mengatakan bahwa Pangeran Pekik memang berencana menggulingkan pemerintahan Amangkurat I. Konon Pangeran Pekik menghubungi Belanda untuk mendukung rencananya, akan tetapi rencana ini keburu ketahuan oleh pihak Amangkurat I sehingga Pangeran Pekik dibunuh bersama pengikut-pengikutnya dan dimakamkan di Banyusumurup

Data Fisik:

Kompleks Makam Banyusumurup terletak di Dusun Banyusumurup, Girireja, Imagiri, Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kompleks makam ini terletak sekitar 2 kilometer arah selatan Makam Imagiri (Pajimatan Imagiri). Keletakan makam berada di sebuah lembah yang dikelilingi oleh perbukitan yang oleh penduduk dinamakan gunung. Di sebelah utara kompleks makam adalah Bukit/Gunung Mengger, sebelah timur adalah Bukit/Gunung Tubalung, sebelah selatan adalah Sendang Legi, dan di sebelah barat adalah perkampungan penduduk.

Kompleks makam ini terdiri atas 2 halaman yang masing-masing dikelilingi dengan pagar tembok batu bata dan berdenah segi empat dengan arah utara-selatan. Halaman I berukuran panjang 37 m, lebar 24 m, dan tinggi 2,75 m. Pada halaman I ini terdapat regol berukuran panjang 4,30 m, lebar 3,30 m, dan tinggi sampai ujung atap adalah 4,40 m dengan dua buah daun pintu dengan cat berwarna hijau tua tanpa hiasan. Regol ini hampir selalu tertutup dan terkunci dan dibuka apabila ada peziarah yang khusus datang untuk mengadakan upacara/sesaji.

Halaman II mempunyai ukuran panjang 20,30 m, lebar 19,50 m sedangkan ukuran regol dan bentuknya sama dengan regol halaman II. Regeol pada halaman II selalu terbuka sehingga para juru kunci dan peziarah bebas keluar masuk.

Halaman I:

Halaman I merupakan halaman utama. Pada halaman ini terdapat sekitar lima puluhan makam (52 buah). Konon di halaman ini terdapat sebuah cungkup yang terletak di sisi utara. Akan tetapi cungkup ini sekarang tidak bersisa kecuali umpak bekas penyangga tiang cungkup. Sisa cungkup yang berupa umpak ini berjumlah 14 buah dengan berbagai ukuran yang dapat dikategorikan berukuran besar (sebanyak 4 buah) dan ukuran kecil (sebanyak 10 buah). Umpak yang besar dengan ukuran sisi penampang atas adalah 30 x 30 cm dan bawah berukuran 45 x 45 cm serta ukuran tingginya 50 cm. Sedangkan umpak-umpak kecil berukuran sisi penampang atas adalah 25 x 25 cm, penampang bawah 35 x 35 cm dengan ketinggian 40 cm.

Berikut ini akan adalah ukuran-ukuran batu nisan dari tiga tokoh terkenal yang ada di kompleks Makam Banyusumurup:

Makam Pangeran Pekik memiliki ukuran panjang 220 cm, lebar 65 cm, dan tinggi 70 cm. Jirat dan tubuh batu nisan dari makam Pangeran Pekik ini merupakan satu kesatuan (terbuat dari satu batu utuh dan ditatah). Untuk saat sekarang makam ini ditutup dengan kain putih sehingga wujud batuannya tidak tampak dari luar.

Makam Pangeran Lamongan memiliki ukuran panjang 220 cm, lebar 65 cm, dan tinggi 70 cm.

Makam Rara Oyi memiliki ukuran panjang 200 cm, lebar 60 cm, tidak diberi jirat (kepala nisan).


Suasana dalam Kompleks Makam Banyusumurup

Halaman II:

Halaman II berada di luar halaman I (di sisi selatan bagian barat dari halaman I). Halaman II disebut sering disebut sebagai Bale Panyerenan yakni tempat untuk meletakkan jenazah sebelum dimakamkan pada halaman I. Saat sekarang tempat ini digunakan untuk ruang tunggu para peziarah/pengunjung makam. Halaman II ini terbagi menjadi 2 halaman oleh sebuah jalan yang menghubungkan regol halaman I dan II. Pada halaman ini terdapat bangunan yang terletak di sisi utara dan selatan. Bangunan di sisi utara ini memiliki ukuran 6 x 2 m berbentuk memanjang dari barat ke timur. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat para juru kunci memasak air.


Gambar Kompleks Makam Banyusumurup

Di samping itu, bangunan ini pada waktu-waktu tertentu berfungsi sebagai tempat menginap para peziarah. Bangunan di sebelah selatan merupakan bangunan yang permanen dan memiliki ukuran 5 x 2 m dengan lantai yang telah dikeramik serta telah memiliki penerangan berupa lampu listrik. Bangunan ini sudah dilengkapi dengan mushala yang didirikan di sisi barat menempel pada bangunan ini. Menurut sumber setempat bangunan ini dibuat oleh kerabat Keraton Surakarta (Laporan Pendokumentasian Makam dan Masjid Banyuwumurup, Girilaya, Imagiri, Bantul, Oktober 1995, Suaka peninggalan Sejarah dan Purbakala Daerah Istimewa Yogyakarta, hlm. 8).


Makam Rara Hoyi/ Kanjeng Ratu Mangkurat


Gerbang Masjid Banyusumurup


Tokoh Pangeran Pekik

Pangeran Pekik adalah putra dari Pangeran Surabaya (penguasa Surabaya). Tidak ada data yang jelas mengenai tahun kelahirannya. Ia merupakan keturunan ke-7 dari Raden Rahmat (Sunan Ampel). Setelah Surabaya jatuh ke tangan Mataram dan Pangeran Sepuh (penguasa Surabaya) meninggal, Pangeran Pekik menggantikan kedudukannya sebagai penguasa Surabaya. Penaklukan Surabaya ini mengakibatkan Pangeran Pekik dibawa ke Mataram atas perintah Sultan Agung. Sepeninggal Pangeran Pekik pengelolaan Surabaya dipegang oleh Tumenggung Sepanjang.

Pada perjalanannya ke Mataram, Pangeran Pekik singgah ke Butuh (dekat Pajang). Di sana ia tidur di makam Sultan Pajang. Di tempat itu pula konon ia mendapatkan wahyu, yang menyatakan bahwa cucunya kelak akan menjadi jaya dan keratonnya akan terletak di Wanakerta (di sebelah barat Pajang). Tentara dari cucunya akan terdiri dari berbagai suku bangsa dan ia akan diberi nama Mangkurat (De Graaf, 1990, Puncak Kekuasaan Mataram, hlm. 215).


Pintu Gerbang Luar makam Banyusumusurup

sumber : http://www.tembi.org/situs-prev/banyumusurup.htm